Hidup Sehat Ala Rasulullah SAW
Ditulis oleh Newsroom
Sunday, 19 August 2007
Para pakar kesehatan menyatakan bahwa udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal ini jelas sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh.
Contohlah Rasulullah, yang setiap subuh selalu mendapat asupan udara segar. Beliau bangun sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Biasanya orang yang memulai kehidupan di pagi hari dengan bangun subuh, akan menjalani hari dengan penuh semangat dan optimisme. Berbeda dengan orang yang tidak bangun di subuh hari, biasanya lebih mudah terserang rasa malas untuk beraktivitas.
Untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya pada pagi hari, Rasulullah SAW biasa memakai siwak. Siwak mengandung flour yang sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi. Mulut dan gigi merupakan organ tubuh yang sangat berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya proses konsumsi makanan menjadi terganggu.
Rasulullah saw membuka menu sarapannya dengan air dingin yang dicampur dengan madu. Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim nakiroh, menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya madu bisa menjadi obat atas berbagai penyakit. Madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus, dan menyembuhkan sembelit, wasir, luka bakar, dan peradangan.
Tujuh butir kurma ajwa (matang) menjadi kebiasaan Rasulullah saw menjelang siang. Beliau pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun.” Hal ini terbukti ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang Khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Sementara itu Bisyir ibu al Barra’, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah saw selamat dari racun tersebut. Rahasianya adalah tujuh butir kurma yang biasa dikonsumsi Rasulullah saw.
Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun. Tentu saja tidak hanya cuka dan minyak zaitun, tetapi dikonsumsi dengan makanan pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantara mencegah lemah tulang, kepikunan, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol, dan melancarkan pencernaan.
Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit.
Setelah makan malam Rasulullah tidak langsung tidur. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan mudah dicerna. Caranya bisa juga dengan shalat. Rasulullah saw bersabda: “Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah dan shalat, serta janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian menjadi keras.”
Artikel diatas diambil dari buku Panduan Diet Ala Rasulullah yang ditulis oleh Indra Kusumah SKL, S.Psi. Buku ini mengulas tentang pola makan Rasulullah saw sehari-hari, adab makan Rasulullah, makanan kesukaan Rasulullah serta khasiatnya, makanan dan minuman yang kurang disukai Rasulullah saw, makanan dan minuman yang dilarang Rasulullah, dan lain sebagainya.
Panduan Diet Ala Rasulullah mencoba menggabungkan unsur keteladanan diet ala Rasulullah dengan pengetahuan ilmiah. Buku ini diterbitkan oleh QultumMedia.
Sehat dengan Olah Nafas
Menjadi Sehat di Tengah Krisis
Olah pernapasan dan olah spiritual sebenarnya juga olahraga, tapi tak memperhitungkan detak jantung dan tak mengucurkan keringat. Lalu apa?
Andrianto Soekarnen, Abdul Azis, dan Budi Supriyantoro
SEHAT telah menjelma menjadi komoditi. Jadi, sehat saja rupanya tak lagi dirasa cukup. Orang-orang pun ingin menghidupkan tenaga dalam dan bercita-cita bisa melakukan pukulan jarak jauh seperti dalam film-film kungfu. Lalu, pada masanya, orang beralih dari demam lari pagi ramai-ramai dan senam olahraga hidup baru (orhiba) ke latihan taichi, waitankung, silat setrum, dan latihan bela diri satria nusantara.
Tapi, kita tahu, tanpa pembaruan, suatu komoditi bakal terasa usang dan tak menarik lagi. Lalu, sekitar lima tahun belakangan, muncullah suatu gerakan yang populer dinamakan latihan tenaga prana atau sebut saja olah pernapasan. Kemudian, bermunculanlah latihan-latihan olah yang lain: olah spiritual.
Pada hakikatnya, tujuan senam dan olah spiritual adalah sama: menjaga kesehatan. Cuma, karena telanjur menjadi komoditi–entah siapa yang memulainya—bentuk itu perlu dikemas secara baru. Bila di zaman taichi sehat ditambah dengan tenaga dalam, di masa olah pernapasan dan spiritual ada lagi added value-nya: yang menjalani latihan itu dijanjikan bakal punya kemampuan menyembuhkan penyakit.
Dan olah spiritual lebih tinggi lagi. Latihan-latihannya dipercaya bisa mengubah peserta menjadi orang yang sabar, rileks, tak gampang terjebak dalam konflik, dan bisa lebih pasrah kepada Yang maha Pencipta. Dua olah tersebut ukurannya bukan lagi mengucurnya keringat dan cepatnya detak jantung, melainkan abstrak: masuknya tenaga alam atau—bahasa gengsinya—makrokosmos ke dalam tubuh.
Mahaguru waitankung, Chang Chih-tung, menyebut tenaga yang diperoleh itu adalah berkat �menyatunya langit dan bumi�.
Boleh jadi ungkapan-ungkapan itu berlebihan. Tapi, bagi mereka yang mengalaminya–mampu menyembuhkan dan yang disembuhkan—hal itu rasanya memang nyata.
Antonius Sujadi, pensiunan hakim agung, telah membuktikannya. Pria berusia 76 tahun ini adalah penderita diabetes dan sudah pada tahap tiba-tiba bisa pingsan ketika jalan kaki di pagi hari–satu-satunya olahraga yang dilakukannya setelah ia berhenti dari tenis dan golf. Sejak ia berobat kepada Ibu Nidar—seorang master reiki yang praktik di sebuah klinik reiki di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, ia tak pernah pingsan lagi. Bahkan, daya tahan tubuhnya meningkat. Agustus lalu, ia terjatuh di rumahnya sehingga kepalanya berdarah. Ibu Nidar mengobatinya dengan menyalurkan tenaga semesta ke tubuh Antonius selama setengah jam. Antonius pun kembali bugar.
Saat ditemui pada awal Oktober lalu, tepatnya ketika tengah berobat rutin ke klinik reiki, Antonius bercerita dengan senang. Ia kini merasa sangat sehat. Bahkan, dokternya pun terheran-heran dan memuji kemajuan kesehatannya. Maklum, Antonius tak bercerita bahwa ia ikut pengobatan reiki.
Kini, Antonius bisa memberikan kuliah di Universitas Atmajaya tiga kali dalam seminggu. Kadang, ia pun masih berbicara dalam seminar. Bagaimana rasanya selama dialiri tenaga semesta? Ia mengaku tak merasakan apa pun.
Lain lagi cerita Suryana (54 tahun), praktisi falun gong—olah spiritual dari Cina. Ia bergabung dengan kelompok falun gong di daerah Jembatan Tiga, Jakarta Kota, sejak empat tahun lalu. Sejak masih muda, ia terkena pengapuran. Saat menggerakkan kepala, lehernya terasa sakit. Dan ketika berjalan telanjang kaki di tempat tak rata, sekujur tubuhnya nyeri-nyeri. �Hampir tiap hari saya makan ponstan. Kalau tidak, nyerinya tak tertahankan,� tuturnya.
Kini, semua itu hilang. �Dengan membersihkan pikiran dari hal-hal negatif dan mengisinya dengan semangat sejati, baik, dan sabar, maka penyakit akan hilang dari tubuh,� katanya, seperti sedang mengucapkan mantra.
MERKABA
Sebenarnya, kronologis berbagai olah itu tak selinier yang diceritakan. Di zaman sehat dijaga dengan berolahraga, orang-orang yang berlatih olah pernapasan dan olah spiritual juga sudah ada. Uraian itu lebih mengacu pada popularitas. Jadi, bukan tak mungkin, lari pagi akan kembali menggeser olah spiritual. Atau, perilaku mode mengalir di sini: nama baru—meski bisa juga isinya lama—akan menggeser nama lama.
Nah, seorang master reiki yang menolak disebut identitasnya menceritakan bahwa ia sedang belajar olah spiritual yang disebut dengan istilah merkaba. Ia mempelajarinya di luar negeri. Dan ia menduga nanti merkaba akan menjadi mode baru yang dinamakan olah-olah itu.
Di kalangan praktisi, olah pernapasan dan olah spiritual merkaba mungkin belum banyak dikenal. Tapi, di zaman internet ini, apa sih yang tak bisa diketahui? Ternyata, situs merkaba di internet jumlahnya puluhan. Modelnya pun berjenis-jenis.
Seseorang yang bernama Vicki, murid Drunvalo Melchizedek—dianggap sebagai pencipta merkaba, mengaku tertarik pada merkaba meski sudah mendapat sertifikat master III reiki. Jadi, bila Anda ingin belajar olah spiritual mode baru, tunggu saja merkaba masuk ke Indonesia.
Atau, Anda ingin menghidupkan kembali gaya lama? Orhiba misalnya? Olahraga yang diciptakan olah T.U. Erang dari Banyuwangi, Jawa Timur, pada 1960 ini mungkin adalah yang paling praktis: hanya memutar-mutar kedua tangan bak baling-baling berkali-kali. Aktris Widyawati yang telah mempraktikkan orhiba sejak 1999 mengaku jantungnya yang suka berdebar-debar kini tak begitu lagi. Kadar kolesterolnya yang pernah di luar batas pun kini normal. Setiap pagi, sekitar lima menit, ia memutar-mutar kedua tangannya sebanyak 200-250 kali di halaman rumahnya.
Menurut Raden Soelaiman Soepardi, Ketua Orhiba Komisariat Jakarta, dulu, orhiba memiliki 24 gerakan. Mungkin karena dianggap terlalu berat, pada 1972, gerakan itu diringkas menjadi hanya satu: ya itu tadi, memutar-mutar tangan sebanyak 200-250 kali. Pria berumur 60 tahun itu juga mengatakan bahwa pada di 1970-an, orhiba langsung dianggap sebagai olahraga populer, tersebar di seluruh Indonesia, dan dilakukan oleh jutaan orang.
Kini, meski masih bisa ditemukan komisariat-komisariat orhiba di berbagai kota, aktivitasnya tak ramai lagi. Bisa jadi itu karena kemasan orhiba tampak kusam di tengah olah-olah lain yang baru muncul. Dengan kata lain, orhiba tak lagi mengikuti zaman. Misalnya, kenapa tak dikaitkan dengan soal pengobatan. Tapi, memang, tak semua jenis senam itu bisa dibawa ke sana. Tentang hal ini, Soelaiman Soepardi (lelaki Sunda) mengatakan: �Itu mah sulap namanya.�
Sulap atau bukan, surutnya orhiba mungkin juga karena tak terorganisasi secara baik. Tak ada iuran yang mengikat dan semuanya serba sukarela. Juga tak ada latar belakang yang bisa menyatukan para praktisi. Bandingkan misalnya dengan falun gong yang masuk ke Indonesia pada 1997. Olah spiritual ini mendapat publikasi mendunia karena dilarang oleh pemerintah Cina. Bahkan, beberapa praktisinya ditangkap, ada yang kemudian dipenjarakan, bahkan disiksa dan tewas.
Kisah-kisah itu ditulis di selebaran yang dicetak untuk para anggotanya dan orang-orang yang berminat. Meski dananya dikumpulkan secara sukarela seperti orhiba, organisasi falun gong tampaknya lebih rapi. Di Jakarta, misalnya, kelompok di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, mampu menyewa gedung Fitnes Pola Bugar. �Kalau sumbangan sukarelanya kurang, selalu ada yang mau bertanggung jawab,� tutur Joko Buntar, Ketua Perkumpulan Falun Gong Indonesia.
Sumbangan sukarela memang sulit ditakar. Seorang anggotanya bisa saja urun Rp 5.000, tapi bisa juga Rp 5 juta. �Dan seorang pelatih bukan cuma tidak digaji, tapi juga sering harus mengeluarkan duitnya,� kata Joko. Sebenarnya, hal itu juga terjadi dalam orhiba. Soelaiman Soepardi, di masa masih aktif (1970-an), tiap bulan harus mengeluarkan uangnya sebesar Rp 2 sampai Rp 3 juta rupiah. Untuk apa? Untuk menyediakan konsumsi ala kadarnya bagi yang berlatih di komisariatnya.
HIDUP DENGAN �TIGA G�
Bandingkan dengan olah pernapasan yang dilansir di pertengahan 1980-an dan kemudian bernama resmi: Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara. Di sini, ada semacam uang pangkal pendaftaran Rp 70 ribu, lalu iuran per bulan Rp 10 ribu, dan tambahan Rp 5.000 untuk biaya administrasi tiap kali ujian. Itu pun belum termasuk uang untuk pakaian seragam. Setidaknya, itulah ongkos berlatih pernapasan Satria Nusantara menurut Hari Wibowo, ketua LSP Satria Nusantara Jakarta.
Yang dikelola secara profesional adalah Reiki Mahameru. Selain punya yayasan yang bergerak di bidang sosial, perkumpulan olah ini juga memiliki perseroan terbatas yang aktif di bisnis. Lalu, bagi mereka yang ingin berlatih Reiki Mahameru akan dipungut ongkos tahap I Rp 250 ribu, tahap II Rp 400 ribu, dan tahap III Rp 650 ribu. Bila ingin langsung satu paket atau langsung menjadi master, ongkosnya Rp 2,9 juta.
Dalam reiki yang satu ini, uang memang sangat dibutuhkan. Sebab, lima di antara delapan master pelatihnya digaji secara tetap. Hal itu diakui oleh Roy R. Suryono, salah seorang master yang digaji. Bekas manajer sebuah pabrik itu mengaku lebih senang menjadi penyembuh. Apalagi, gaji sebagai penyembuh tak kalah dibanding gaji manajer pabrik. Berapa? Ia tak mau mengungkapnya.
Aliran reiki yang lain, Reiki Tummo, ongkos latihannya lebih mahal. Jenis reiki yang konon dianggap paling dekat dengan aslinya ini memungut Rp 350 ribu untuk tahap I, Rp 800 ribu (tahap II), dan Rp 1,25 juta (tahap III). Akhir September lalu, misalnya, dalam latihan Reiki Tummo selama dua hari di Hotel Century (hari pertama hadir 70-an dan hari kedua 60-an orang), tiga perempat dari yang hadir adalah karyawan kelas menengah ke atas. Sisanya adalah mahasiswa dan pelajar yang kemungkinan besar juga datang dari keluarga kelas menengah ke atas.
Di zaman krisis multidimensi ini, untuk menjadi orang yang sabar, bisa menerima apa pun yang terjadi dengan tenang, punya hati bersih tanpa prasangka buruk, dan mampu memikul beban stres dengan enteng tidaklah mudah. Dulu, masih sering terdengar suara orang yang dengan bangga mengucapkan: �Biar miskin, saya tidur nyenyak, tak takut didatangi polisi.� Ucapan senada itu kini makin sayup-sayup. Bahkan, bisa jadi tak ada lagi orang yang berani bicara jujur. Kemungkinan lain, tak ada lagi orang yang bisa tidur nyenyak meskipun dirinya bersih. Sebab, kini, semua orang tak tahan men-dengar berita tentang seluruh wakil rakyat di DPR makan suap dan seluruh pejabat peradilan suka menyembunyikan harta. Apalagi, orang-orang pun tak bisa berbuat apa-apa.
Di masa seperti ini, lorong pelarian yang mudah telah tersaji di depan mereka-mereka yang mampu membeli: ekstasi, narkotik, dan obat-obatan. Dilihat dari sisi ini, apa pun, tawaran olah pernapasan dan olah spiritual menjadi alternatif yang sangat sehat. Dengarlah, seorang master dengan tangkas dan masuk akal menceritakan bahwa olah spiritual bukan hanya untuk kesehatan, tapi juga untuk memperlancar kerja dan memudahkan negosiasi—pokoknya demi sukses bisnis.
Lalu ia juga menambahkan bahwa setelah sukses, latihan ini akan menyatukan diri dengan alam raya. Dan, ketenteraman hidup pun akan senantiasa melingkupi Anda sekeluarga. �Sukses materi masa lalu tak begitu berarti,� katanya dalam sebuah rumah di Jalan Saharjo, Jakarta Selatan. Tak heran bila buku-buku reiki dan buku lainnya—termasuk tentang pernapasan, spiritual klasik, dan yoga—bisa dengan mudah didapat di toko-toko buku. Ini merupakan promosi tersendiri.
Di samping itu, munculnya penyakit-penyakit �baru� di masa milenium ketiga ini—yang belum tersembuhkan sepenuhnya oleh ilmu kedokteran, misalnya akibat stres, AIDS, atau kanker—juga membuka peluang orang untuk mencicipi berbagai olah itu. Syaiful Bahri, Ketua Unit Satria Nusantara Lippo Karawaci, mengaku bergabung dengan kelompok tersebut pada 1994 lantaran sakitnya tak tersembuhkan oleh dokter. Bahkan, dokter itu tak bisa menemukan penyakit yang diidapnya. Saat itu, ia selalu tampak pucat dan pernah pingsan di kantor. Tapi, setelah berlatih Satria Nusantara selama 12 hari—termasuk di bawah guyuran hujan, ia merasa enak, bugar, dan tidak pernah pingsan lagi.
Meski demikian, bukan berarti olah pernapasan dan spiritual bisa menyembuhkan semua penyakit dan semua orang. Seorang aktris mengaku penyakitnya bertambah parah begitu berlatih pernapasan Satria Nusantara. Ia pun lalu mencoba cara lain sesuai nasihat orang: melakukan senam orhiba atau olahraga hidup baru yang kuno itu.
Ternyata, penyakit aktris itu hilang. Ia pun merasa sehat. Mungkin inilah yang disebut jodoh. Anda cocok dengan latihan tangan, sedangkan orang lain cocok dengan latihan kaki. Bahkan, tetangga sebelah ternyata pas berlatih sambil hujan-hujanan.
Sayangnya, tak diperoleh data akurat tentang berapa persen orang yang sakit bisa disembuhkan dengan olah spiritual. Kisah sukses selalu cepat menyebar atau disebar-sebarkan, sedangkan yang gagal teredam dalam diri sendiri. Eksekutif manakah yang akan menyebarluaskan kegagalannya berolah spiritual meski sudah kehilangan jutaan rupiah?
Lagipula, kini, tren pengobatan menempuh jalur kembali ke alam. Apotek pun kini menyediakan jamu. Dalam suasana seperti ini, maklum saja bila olah spiritual dan sejenisnya menemukan lahan subur. Memang, sebenarnya tak ada salahnya, sejauh tak ada yang merasa dirugikan. Bagi yang tak pernah berolahraga, melatih mengatur napas, apalagi bila disertai gerakan-gerakan, sedikit-banyak akan membuat tubuh terasa lebih segar.
Tapi, dengarkan kata-kata Annie Widyapranata, Ketua Umum Persatuan Olahraga Pernapasan Indonesia kepada TRUST. Intinya, ia mengimbau agar para peminta olah-olah itu jangan berharap terlalu banyak. �Sebagai contoh, baru beberapa kali berlatih taichi, kan tidak langsung sehat,� kata Ketua Bidang Organisasi Taichi Internasional dari Asosiasi Olahraga Pernapasan ASEAN ini. Yang penting, tambahnya, untuk menjadi sehat, manusia perlu �Tiga G�: gizi, gerak badan atau olahraga, dan gaya hidup yang seimbang, bersih lahir batin.
Masuk akal juga. Bagaimana bila tawaran berbagai olah itu dianggap setidaknya untuk memenuhi �Satu G�, yakni gerak badan? Kalaupun terjadi hal-hal lain yang positif, termasuk yang berbau mistis, anggap saja itu misteri jagad raya. Dengarkan saja pidato Albert Einstein yang berjudul �Semesta Sebagaimana yang saya Lihat�: �Pengalaman paling indah yang mungkin kita alami adalah misteri... Siapa pun yang tak tahu itu, tak mungkin lagi bisa merasa takjub, merasa kagum … Seperti orang mati, matanya terpejam.�
Majalah Trust/Gaya Hidup/1/2002
Berikan Komentar untuk artikel in
Ditulis oleh Newsroom
Sunday, 19 August 2007
Para pakar kesehatan menyatakan bahwa udara sepertiga malam terakhir sangat kaya dengan oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain, sehingga sangat bermanfaat untuk optimalisasi metabolisme tubuh. Hal ini jelas sangat besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktivitasnya selama seharian penuh.
Contohlah Rasulullah, yang setiap subuh selalu mendapat asupan udara segar. Beliau bangun sebelum subuh dan melaksanakan qiyamul lail. Biasanya orang yang memulai kehidupan di pagi hari dengan bangun subuh, akan menjalani hari dengan penuh semangat dan optimisme. Berbeda dengan orang yang tidak bangun di subuh hari, biasanya lebih mudah terserang rasa malas untuk beraktivitas.
Untuk menjaga kesehatan mulut dan giginya pada pagi hari, Rasulullah SAW biasa memakai siwak. Siwak mengandung flour yang sangat bermanfaat dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi. Mulut dan gigi merupakan organ tubuh yang sangat berperan dalam konsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka biasanya proses konsumsi makanan menjadi terganggu.
Rasulullah saw membuka menu sarapannya dengan air dingin yang dicampur dengan madu. Dalam Al Qur’an, madu merupakan syifaa (obat) yang diungkapkan dengan isim nakiroh, menunjukkan arti umum dan menyeluruh. Pada dasarnya madu bisa menjadi obat atas berbagai penyakit. Madu berfungsi untuk membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus, dan menyembuhkan sembelit, wasir, luka bakar, dan peradangan.
Tujuh butir kurma ajwa (matang) menjadi kebiasaan Rasulullah saw menjelang siang. Beliau pernah bersabda, “Barang siapa yang makan tujuh butir kurma, maka akan terlindungi dari racun.” Hal ini terbukti ketika seorang wanita Yahudi menaruh racun dalam makanan Rasulullah pada sebuah percobaan pembunuhan di perang Khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Sementara itu Bisyir ibu al Barra’, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut akhirnya meninggal, tetapi Rasulullah saw selamat dari racun tersebut. Rahasianya adalah tujuh butir kurma yang biasa dikonsumsi Rasulullah saw.
Menjelang sore hari, menu Rasulullah biasanya adalah cuka dan minyak zaitun. Tentu saja tidak hanya cuka dan minyak zaitun, tetapi dikonsumsi dengan makanan pokok seperti roti. Manfaatnya banyak sekali, diantara mencegah lemah tulang, kepikunan, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol, dan melancarkan pencernaan.
Di malam hari, menu utama makan malam Rasulullah adalah sayur-sayuran. Secara umum, sayuran memiliki kandungan zat dan fungsi yang sama, yaitu menguatkan daya tahan tubuh dan melindunginya dari serangan penyakit.
Setelah makan malam Rasulullah tidak langsung tidur. Beliau beraktivitas terlebih dahulu supaya makanan yang dikonsumsi masuk lambung dengan cepat dan mudah dicerna. Caranya bisa juga dengan shalat. Rasulullah saw bersabda: “Cairkan makanan kalian dengan berdzikir kepada Allah dan shalat, serta janganlah kalian langsung tidur setelah makan, karena dapat membuat hati kalian menjadi keras.”
Artikel diatas diambil dari buku Panduan Diet Ala Rasulullah yang ditulis oleh Indra Kusumah SKL, S.Psi. Buku ini mengulas tentang pola makan Rasulullah saw sehari-hari, adab makan Rasulullah, makanan kesukaan Rasulullah serta khasiatnya, makanan dan minuman yang kurang disukai Rasulullah saw, makanan dan minuman yang dilarang Rasulullah, dan lain sebagainya.
Panduan Diet Ala Rasulullah mencoba menggabungkan unsur keteladanan diet ala Rasulullah dengan pengetahuan ilmiah. Buku ini diterbitkan oleh QultumMedia.
Sehat dengan Olah Nafas
Menjadi Sehat di Tengah Krisis
Olah pernapasan dan olah spiritual sebenarnya juga olahraga, tapi tak memperhitungkan detak jantung dan tak mengucurkan keringat. Lalu apa?
Andrianto Soekarnen, Abdul Azis, dan Budi Supriyantoro
SEHAT telah menjelma menjadi komoditi. Jadi, sehat saja rupanya tak lagi dirasa cukup. Orang-orang pun ingin menghidupkan tenaga dalam dan bercita-cita bisa melakukan pukulan jarak jauh seperti dalam film-film kungfu. Lalu, pada masanya, orang beralih dari demam lari pagi ramai-ramai dan senam olahraga hidup baru (orhiba) ke latihan taichi, waitankung, silat setrum, dan latihan bela diri satria nusantara.
Tapi, kita tahu, tanpa pembaruan, suatu komoditi bakal terasa usang dan tak menarik lagi. Lalu, sekitar lima tahun belakangan, muncullah suatu gerakan yang populer dinamakan latihan tenaga prana atau sebut saja olah pernapasan. Kemudian, bermunculanlah latihan-latihan olah yang lain: olah spiritual.
Pada hakikatnya, tujuan senam dan olah spiritual adalah sama: menjaga kesehatan. Cuma, karena telanjur menjadi komoditi–entah siapa yang memulainya—bentuk itu perlu dikemas secara baru. Bila di zaman taichi sehat ditambah dengan tenaga dalam, di masa olah pernapasan dan spiritual ada lagi added value-nya: yang menjalani latihan itu dijanjikan bakal punya kemampuan menyembuhkan penyakit.
Dan olah spiritual lebih tinggi lagi. Latihan-latihannya dipercaya bisa mengubah peserta menjadi orang yang sabar, rileks, tak gampang terjebak dalam konflik, dan bisa lebih pasrah kepada Yang maha Pencipta. Dua olah tersebut ukurannya bukan lagi mengucurnya keringat dan cepatnya detak jantung, melainkan abstrak: masuknya tenaga alam atau—bahasa gengsinya—makrokosmos ke dalam tubuh.
Mahaguru waitankung, Chang Chih-tung, menyebut tenaga yang diperoleh itu adalah berkat �menyatunya langit dan bumi�.
Boleh jadi ungkapan-ungkapan itu berlebihan. Tapi, bagi mereka yang mengalaminya–mampu menyembuhkan dan yang disembuhkan—hal itu rasanya memang nyata.
Antonius Sujadi, pensiunan hakim agung, telah membuktikannya. Pria berusia 76 tahun ini adalah penderita diabetes dan sudah pada tahap tiba-tiba bisa pingsan ketika jalan kaki di pagi hari–satu-satunya olahraga yang dilakukannya setelah ia berhenti dari tenis dan golf. Sejak ia berobat kepada Ibu Nidar—seorang master reiki yang praktik di sebuah klinik reiki di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, ia tak pernah pingsan lagi. Bahkan, daya tahan tubuhnya meningkat. Agustus lalu, ia terjatuh di rumahnya sehingga kepalanya berdarah. Ibu Nidar mengobatinya dengan menyalurkan tenaga semesta ke tubuh Antonius selama setengah jam. Antonius pun kembali bugar.
Saat ditemui pada awal Oktober lalu, tepatnya ketika tengah berobat rutin ke klinik reiki, Antonius bercerita dengan senang. Ia kini merasa sangat sehat. Bahkan, dokternya pun terheran-heran dan memuji kemajuan kesehatannya. Maklum, Antonius tak bercerita bahwa ia ikut pengobatan reiki.
Kini, Antonius bisa memberikan kuliah di Universitas Atmajaya tiga kali dalam seminggu. Kadang, ia pun masih berbicara dalam seminar. Bagaimana rasanya selama dialiri tenaga semesta? Ia mengaku tak merasakan apa pun.
Lain lagi cerita Suryana (54 tahun), praktisi falun gong—olah spiritual dari Cina. Ia bergabung dengan kelompok falun gong di daerah Jembatan Tiga, Jakarta Kota, sejak empat tahun lalu. Sejak masih muda, ia terkena pengapuran. Saat menggerakkan kepala, lehernya terasa sakit. Dan ketika berjalan telanjang kaki di tempat tak rata, sekujur tubuhnya nyeri-nyeri. �Hampir tiap hari saya makan ponstan. Kalau tidak, nyerinya tak tertahankan,� tuturnya.
Kini, semua itu hilang. �Dengan membersihkan pikiran dari hal-hal negatif dan mengisinya dengan semangat sejati, baik, dan sabar, maka penyakit akan hilang dari tubuh,� katanya, seperti sedang mengucapkan mantra.
MERKABA
Sebenarnya, kronologis berbagai olah itu tak selinier yang diceritakan. Di zaman sehat dijaga dengan berolahraga, orang-orang yang berlatih olah pernapasan dan olah spiritual juga sudah ada. Uraian itu lebih mengacu pada popularitas. Jadi, bukan tak mungkin, lari pagi akan kembali menggeser olah spiritual. Atau, perilaku mode mengalir di sini: nama baru—meski bisa juga isinya lama—akan menggeser nama lama.
Nah, seorang master reiki yang menolak disebut identitasnya menceritakan bahwa ia sedang belajar olah spiritual yang disebut dengan istilah merkaba. Ia mempelajarinya di luar negeri. Dan ia menduga nanti merkaba akan menjadi mode baru yang dinamakan olah-olah itu.
Di kalangan praktisi, olah pernapasan dan olah spiritual merkaba mungkin belum banyak dikenal. Tapi, di zaman internet ini, apa sih yang tak bisa diketahui? Ternyata, situs merkaba di internet jumlahnya puluhan. Modelnya pun berjenis-jenis.
Seseorang yang bernama Vicki, murid Drunvalo Melchizedek—dianggap sebagai pencipta merkaba, mengaku tertarik pada merkaba meski sudah mendapat sertifikat master III reiki. Jadi, bila Anda ingin belajar olah spiritual mode baru, tunggu saja merkaba masuk ke Indonesia.
Atau, Anda ingin menghidupkan kembali gaya lama? Orhiba misalnya? Olahraga yang diciptakan olah T.U. Erang dari Banyuwangi, Jawa Timur, pada 1960 ini mungkin adalah yang paling praktis: hanya memutar-mutar kedua tangan bak baling-baling berkali-kali. Aktris Widyawati yang telah mempraktikkan orhiba sejak 1999 mengaku jantungnya yang suka berdebar-debar kini tak begitu lagi. Kadar kolesterolnya yang pernah di luar batas pun kini normal. Setiap pagi, sekitar lima menit, ia memutar-mutar kedua tangannya sebanyak 200-250 kali di halaman rumahnya.
Menurut Raden Soelaiman Soepardi, Ketua Orhiba Komisariat Jakarta, dulu, orhiba memiliki 24 gerakan. Mungkin karena dianggap terlalu berat, pada 1972, gerakan itu diringkas menjadi hanya satu: ya itu tadi, memutar-mutar tangan sebanyak 200-250 kali. Pria berumur 60 tahun itu juga mengatakan bahwa pada di 1970-an, orhiba langsung dianggap sebagai olahraga populer, tersebar di seluruh Indonesia, dan dilakukan oleh jutaan orang.
Kini, meski masih bisa ditemukan komisariat-komisariat orhiba di berbagai kota, aktivitasnya tak ramai lagi. Bisa jadi itu karena kemasan orhiba tampak kusam di tengah olah-olah lain yang baru muncul. Dengan kata lain, orhiba tak lagi mengikuti zaman. Misalnya, kenapa tak dikaitkan dengan soal pengobatan. Tapi, memang, tak semua jenis senam itu bisa dibawa ke sana. Tentang hal ini, Soelaiman Soepardi (lelaki Sunda) mengatakan: �Itu mah sulap namanya.�
Sulap atau bukan, surutnya orhiba mungkin juga karena tak terorganisasi secara baik. Tak ada iuran yang mengikat dan semuanya serba sukarela. Juga tak ada latar belakang yang bisa menyatukan para praktisi. Bandingkan misalnya dengan falun gong yang masuk ke Indonesia pada 1997. Olah spiritual ini mendapat publikasi mendunia karena dilarang oleh pemerintah Cina. Bahkan, beberapa praktisinya ditangkap, ada yang kemudian dipenjarakan, bahkan disiksa dan tewas.
Kisah-kisah itu ditulis di selebaran yang dicetak untuk para anggotanya dan orang-orang yang berminat. Meski dananya dikumpulkan secara sukarela seperti orhiba, organisasi falun gong tampaknya lebih rapi. Di Jakarta, misalnya, kelompok di kawasan Kedoya, Jakarta Barat, mampu menyewa gedung Fitnes Pola Bugar. �Kalau sumbangan sukarelanya kurang, selalu ada yang mau bertanggung jawab,� tutur Joko Buntar, Ketua Perkumpulan Falun Gong Indonesia.
Sumbangan sukarela memang sulit ditakar. Seorang anggotanya bisa saja urun Rp 5.000, tapi bisa juga Rp 5 juta. �Dan seorang pelatih bukan cuma tidak digaji, tapi juga sering harus mengeluarkan duitnya,� kata Joko. Sebenarnya, hal itu juga terjadi dalam orhiba. Soelaiman Soepardi, di masa masih aktif (1970-an), tiap bulan harus mengeluarkan uangnya sebesar Rp 2 sampai Rp 3 juta rupiah. Untuk apa? Untuk menyediakan konsumsi ala kadarnya bagi yang berlatih di komisariatnya.
HIDUP DENGAN �TIGA G�
Bandingkan dengan olah pernapasan yang dilansir di pertengahan 1980-an dan kemudian bernama resmi: Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara. Di sini, ada semacam uang pangkal pendaftaran Rp 70 ribu, lalu iuran per bulan Rp 10 ribu, dan tambahan Rp 5.000 untuk biaya administrasi tiap kali ujian. Itu pun belum termasuk uang untuk pakaian seragam. Setidaknya, itulah ongkos berlatih pernapasan Satria Nusantara menurut Hari Wibowo, ketua LSP Satria Nusantara Jakarta.
Yang dikelola secara profesional adalah Reiki Mahameru. Selain punya yayasan yang bergerak di bidang sosial, perkumpulan olah ini juga memiliki perseroan terbatas yang aktif di bisnis. Lalu, bagi mereka yang ingin berlatih Reiki Mahameru akan dipungut ongkos tahap I Rp 250 ribu, tahap II Rp 400 ribu, dan tahap III Rp 650 ribu. Bila ingin langsung satu paket atau langsung menjadi master, ongkosnya Rp 2,9 juta.
Dalam reiki yang satu ini, uang memang sangat dibutuhkan. Sebab, lima di antara delapan master pelatihnya digaji secara tetap. Hal itu diakui oleh Roy R. Suryono, salah seorang master yang digaji. Bekas manajer sebuah pabrik itu mengaku lebih senang menjadi penyembuh. Apalagi, gaji sebagai penyembuh tak kalah dibanding gaji manajer pabrik. Berapa? Ia tak mau mengungkapnya.
Aliran reiki yang lain, Reiki Tummo, ongkos latihannya lebih mahal. Jenis reiki yang konon dianggap paling dekat dengan aslinya ini memungut Rp 350 ribu untuk tahap I, Rp 800 ribu (tahap II), dan Rp 1,25 juta (tahap III). Akhir September lalu, misalnya, dalam latihan Reiki Tummo selama dua hari di Hotel Century (hari pertama hadir 70-an dan hari kedua 60-an orang), tiga perempat dari yang hadir adalah karyawan kelas menengah ke atas. Sisanya adalah mahasiswa dan pelajar yang kemungkinan besar juga datang dari keluarga kelas menengah ke atas.
Di zaman krisis multidimensi ini, untuk menjadi orang yang sabar, bisa menerima apa pun yang terjadi dengan tenang, punya hati bersih tanpa prasangka buruk, dan mampu memikul beban stres dengan enteng tidaklah mudah. Dulu, masih sering terdengar suara orang yang dengan bangga mengucapkan: �Biar miskin, saya tidur nyenyak, tak takut didatangi polisi.� Ucapan senada itu kini makin sayup-sayup. Bahkan, bisa jadi tak ada lagi orang yang berani bicara jujur. Kemungkinan lain, tak ada lagi orang yang bisa tidur nyenyak meskipun dirinya bersih. Sebab, kini, semua orang tak tahan men-dengar berita tentang seluruh wakil rakyat di DPR makan suap dan seluruh pejabat peradilan suka menyembunyikan harta. Apalagi, orang-orang pun tak bisa berbuat apa-apa.
Di masa seperti ini, lorong pelarian yang mudah telah tersaji di depan mereka-mereka yang mampu membeli: ekstasi, narkotik, dan obat-obatan. Dilihat dari sisi ini, apa pun, tawaran olah pernapasan dan olah spiritual menjadi alternatif yang sangat sehat. Dengarlah, seorang master dengan tangkas dan masuk akal menceritakan bahwa olah spiritual bukan hanya untuk kesehatan, tapi juga untuk memperlancar kerja dan memudahkan negosiasi—pokoknya demi sukses bisnis.
Lalu ia juga menambahkan bahwa setelah sukses, latihan ini akan menyatukan diri dengan alam raya. Dan, ketenteraman hidup pun akan senantiasa melingkupi Anda sekeluarga. �Sukses materi masa lalu tak begitu berarti,� katanya dalam sebuah rumah di Jalan Saharjo, Jakarta Selatan. Tak heran bila buku-buku reiki dan buku lainnya—termasuk tentang pernapasan, spiritual klasik, dan yoga—bisa dengan mudah didapat di toko-toko buku. Ini merupakan promosi tersendiri.
Di samping itu, munculnya penyakit-penyakit �baru� di masa milenium ketiga ini—yang belum tersembuhkan sepenuhnya oleh ilmu kedokteran, misalnya akibat stres, AIDS, atau kanker—juga membuka peluang orang untuk mencicipi berbagai olah itu. Syaiful Bahri, Ketua Unit Satria Nusantara Lippo Karawaci, mengaku bergabung dengan kelompok tersebut pada 1994 lantaran sakitnya tak tersembuhkan oleh dokter. Bahkan, dokter itu tak bisa menemukan penyakit yang diidapnya. Saat itu, ia selalu tampak pucat dan pernah pingsan di kantor. Tapi, setelah berlatih Satria Nusantara selama 12 hari—termasuk di bawah guyuran hujan, ia merasa enak, bugar, dan tidak pernah pingsan lagi.
Meski demikian, bukan berarti olah pernapasan dan spiritual bisa menyembuhkan semua penyakit dan semua orang. Seorang aktris mengaku penyakitnya bertambah parah begitu berlatih pernapasan Satria Nusantara. Ia pun lalu mencoba cara lain sesuai nasihat orang: melakukan senam orhiba atau olahraga hidup baru yang kuno itu.
Ternyata, penyakit aktris itu hilang. Ia pun merasa sehat. Mungkin inilah yang disebut jodoh. Anda cocok dengan latihan tangan, sedangkan orang lain cocok dengan latihan kaki. Bahkan, tetangga sebelah ternyata pas berlatih sambil hujan-hujanan.
Sayangnya, tak diperoleh data akurat tentang berapa persen orang yang sakit bisa disembuhkan dengan olah spiritual. Kisah sukses selalu cepat menyebar atau disebar-sebarkan, sedangkan yang gagal teredam dalam diri sendiri. Eksekutif manakah yang akan menyebarluaskan kegagalannya berolah spiritual meski sudah kehilangan jutaan rupiah?
Lagipula, kini, tren pengobatan menempuh jalur kembali ke alam. Apotek pun kini menyediakan jamu. Dalam suasana seperti ini, maklum saja bila olah spiritual dan sejenisnya menemukan lahan subur. Memang, sebenarnya tak ada salahnya, sejauh tak ada yang merasa dirugikan. Bagi yang tak pernah berolahraga, melatih mengatur napas, apalagi bila disertai gerakan-gerakan, sedikit-banyak akan membuat tubuh terasa lebih segar.
Tapi, dengarkan kata-kata Annie Widyapranata, Ketua Umum Persatuan Olahraga Pernapasan Indonesia kepada TRUST. Intinya, ia mengimbau agar para peminta olah-olah itu jangan berharap terlalu banyak. �Sebagai contoh, baru beberapa kali berlatih taichi, kan tidak langsung sehat,� kata Ketua Bidang Organisasi Taichi Internasional dari Asosiasi Olahraga Pernapasan ASEAN ini. Yang penting, tambahnya, untuk menjadi sehat, manusia perlu �Tiga G�: gizi, gerak badan atau olahraga, dan gaya hidup yang seimbang, bersih lahir batin.
Masuk akal juga. Bagaimana bila tawaran berbagai olah itu dianggap setidaknya untuk memenuhi �Satu G�, yakni gerak badan? Kalaupun terjadi hal-hal lain yang positif, termasuk yang berbau mistis, anggap saja itu misteri jagad raya. Dengarkan saja pidato Albert Einstein yang berjudul �Semesta Sebagaimana yang saya Lihat�: �Pengalaman paling indah yang mungkin kita alami adalah misteri... Siapa pun yang tak tahu itu, tak mungkin lagi bisa merasa takjub, merasa kagum … Seperti orang mati, matanya terpejam.�
Majalah Trust/Gaya Hidup/1/2002
Berikan Komentar untuk artikel in
